Indonesia Butuh Revolusi, Bukan Reformasi !
Indonesia,
negeri yang telah mengalami kemerdekaannya selama 68 tahun kini tinggal
nama. Kemerdakaan, kesejahteraan,
kemakmuran, kerukunan, dan sebagainya hanyalah sebuah pepesan kosong yang
senantiasa membasahi lisan para calon pemimpin negeri seribu pulau ini. Beribu harapan rakyat Indonesia terhadap para
pemangku kebijakan seakan sirna.
Meskipun ada kebijakan yang memuaskan, tapi itu sangat sedikit. Justru lebih banyak penyengsaraan yang
dilakukan kepada berjuta rakyat.
Masa demi masa
sudah dilakukan bangsa merah putih untuk melakukan perubahan. Sejak 1955, Indonesia mempunyai ambisi untuk
mewujudkan perubahan itu. Yaitu, melalui
Pemilihan Umum (Pemilu). Pada pemilu
1955, masyarakat memilih anggota DPR dan anggota Konstituante. Namun, setelah pasca pemilu tersebut, kondisi
politik Indonesia justru sarat dengan berbagai konflik. Akibatnya, pemilu
berikutnya yang dijadwalkan pada tahun 1960 tidak dapat terselenggara. Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959 yang membubarkan DPR dan
Konstituante hasil pemilu 1955 serta menyatakan kembali ke UUD 1945. Soekarno
secara sepihak membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS)
yang semua anggotanya diangkat oleh presiden. (indonesiasatu.kompas.com)
Kemudian, proses
perubahan juga senantiasa dilakukan dengan jalur pemilu. Setelah pemilu tahun 1955, pemilu juga
diselenggarakan pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan
2009. Dan hingga kini, telah terhitung
10 kali pemilu yang sudah diselenggarakan Indonesia. Namun, apakah semua ini telah berdampak
signifikan dalam perubahan Indonesia menuju kesejahteraan ?
Ditengah-tengah
penyelenggaraan pemilu 5 tahunan, terjadi juga tragedi besar yang menimbulkan
pelengseraan Presiden Soeharto pada 1998.
Di era tersebut, kekuatan pemuda dan mahasiswa mempersatukan kekuatan
dan berhasil membuat Soeharto “panas” dan menyatakan mundur dari kursi RI nomor
1. Meskipun, disinyalir dalam proses
reformasi tersebut terdapat kongkalikong dari pihak AS yang memaksa presiden
Soeharto untuk turun dari jabatannya.
Terlepas dari itu, akhirnya Presiden Soeharto turun pada Mei 1998.
Setelah
jatuhnya rezim Soeharto akibat Krisis Moneter 1997, B.J. Habibie tampil
menggantikan Soeharto sebagai presiden RI.
Kabinet Reformasi Pembangunan era Habibie pun dibentuk. Namun, apa daya, B.J. Habibie terjelembab akibat
lepasnya Timor Timut dari NKRI melalui referendum 30 Agustus 1999. Dan laporan pertanggungjawaban Presiden B.J
Habibie pun ditolak akibat masalah tersebut.
Setelah
jatuhnya rezim Habibie, muncullah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden
RI pada tahun 1999 yang disokong oleh “Poros Tengah”. Poros ini merupakan aliansi partai-partai
Islam seperti PPP, PAN, dan PKB. Kabinet
Persatuan Nasional dibentuk oleh rezim ini.
Dan lahir pula berbagai kebijakan yang nyatanya malah membuat Indonesia
menjadi “kacau”. Khususnya kebijakan
pluralisme dan keterbukaan dan memperbolkehkan Partai Komunis hidup
kembali. Padahal, sudah jelas ini
merupakan kebijakan yang Anti-Islam bukan ?
Akhirnya
dekrit pembubaran legislatif pun muncul dan menjadi faktor dipercepatnya Sidang
Istimewa pada tahun 2001 dengan agenda memberhentikan Presiden Abdurrahman
Wahid dari jabatannya. Dan setelah
jatuhnya rezim Gus Dur, tampuk kekuasaan RI 1 dipegang oleh Presiden Megawati
yang katanya jauh lebih baik. Putri dari
Soekarno ini, dalam eranya membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada
tahun 2003. Dan di eranya pula masalah
besar menimpa bangsa Indonesia. Seperti
penjualan perusahaan BUMN ke pihak asing dan kasus BLBI yang menimbulkan
kerugian terhadap negara jauh lebih besar dari Century. Tambah kacau Saudara !
Dan terakhir,
stabilitas politik Indonesia semakin hancur sejak Kabinet Indonesia Bersatu
yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak 2004 resmi dipilih sebagai presiden
hingga menjelang pemilu 2014, pemerintahan rezim SBY paling memberikan
“kesejahteraan” kepada rakyat. Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN) yang diperjuangkan pemuda dan mahasiswa pada era
reformasi 1998 tumbuh subur di rezim SBY.
Bahkan, Indonesia juga semakin “sejahtera” dengan berbagai masalah
multidimensi. Mulai dari masalah sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Kalau
sudah begini, apakah pemilu menjadi solusi dari penyelesaian berjuta masalah di
negeri ini ? Apakah reformasi sebagai poros perubahan di era 1998 menjadi
momentum perubahan hakiki ? Sungguh, semua itu sudah terlewatkan dan tidak
memberikan arti bagi Indonesia lebih baik.
Napak Tilas Revolusi di Dunia
Sudah tidak
bisa dipungkiri bahwa reformasi atau perubahan drastis untuk memperbaiki
permasalahan di bidang sosial, ekonomi, dan sebaginya tidak bisa dijadikan
solusi tuntas dalam rangka perbaikan di negeri ini. Butuh perubahan secara mendasar dan
menyeluruh bila ingin Indonesia menjadi negeri yang makmur, adil, dan
sejahtera. Artinya dibutuhkan solusi
revolusi dalam melahirkan sebuah tatanan aturan dan sistem yang menyejahterakan. Bukan dengan reformasi yang nyatanya hanya
sebagai solusi tambal sulam dan tidak melahirkan kesejahteraan yang saat ini
dirindukan masyarakat.
Dampak
revolusi terhadap sebuah negara bisa dilihat dari sejarah revolusi yang pernah
terjadi di dunia. Seperti Revolusi Prancis,
Revolusi Inggris (Industri), dan Revolusi Rusia. 3 Revolusi ini merupakan revolusi besar yang
pernah terjadi dalam perjalanan sejarah sebuah negara. Sejarah telah membuktikan bahwa dari ketiga
revolusi ini, negara-negara yang mengalaminya tersebut menjadi negara yang kuat
dan berhasil menjatuhkan kekuatan Ummat Islam dengan peran pemahaman yang lahir
dari revolusi-revolusi tersebut.
Perancis saat
ini menjadi negara yang kuat dan memiliki kemampuan untuk mengintervensi
negeri-negeri muslim akibat revolusi yang terjadi di negaranya. Dihapuskannya kekuasaan raja, aristokrat,
gereja, dan digantikan oleh republik demokratik sekuler dan radikal menjadikan
negara Prancis memiliki power besar untuk berkuasa. Sedangkan dari segi perubahan sosialnya,
prinsip radikal yang berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme, demokrasi, dan
pencerahan mengenai kewarganegaraan dan hak asasi menjadi pemacu kekuatan
sosial di masyarakatnya. Artinya,
lahirnya kebangkitan ideologi mampu memberikan nafas segar bagi sebuah negara
yang mengalami keterpurukan. Dan kini,
Prancis menjadi salah satu negara imperialis yang sangat tangguh.
Di Rusia,
kebangkitan ideologis juga mampu membangkitkan Rusia dari kekacauan yang
terjadi di negaranya. Polemik
kediktatoran Tsar Nicholas II berhasil ditumbangkan oleh rakyat
Rusia yang berpahaman komunis. Akhirnya,
komunis berhasil mengubah haluan Rusia
menjadi negara komunis dengan nama Uni Soviet.
Kekuatan ideologi Sosialis-Komunis mampu membangkitkan Rusia menjadi
negara kuat. Dan tentunya dampak dari revolusi
ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya pergerakan komunis di Indonesia. Kebangkitan Uni Soviet pun muncul. Kekuatannya pun sangat tangguh dan menjadi
negara tandingan Amerika Serikat ketika itu.
Revolusi lain
yang sangat berpengaruh terhadap kebangkitan sebuah negara adalah revolusi
industri yang terjadi di Inggris. Penemuan
teknologi industri seperti mesin uap oleh James Watt menjadikan Inggris
mengubah haluannya dari negara agraris menjadi negara industri. Perkembangan industri semakin kuat
dikarenakan Inggris juga merupakan negara penghasil tambang yang cukup besar. Dampak dari revolusi ini juga mengakibatkan
barang-barang di negara tersebut menjadi murah dan mudah didapat. Namun, seiring berkembangnya tenaga industri,
tenaga manusia/buruh menjadi tidak digunakan.
Akhirnya, muncul pergerakan politik buruh yang lebih dikenal dengan
partai buruh. Muncul juga kaum pengusaha
(kapitalis) yang bersifat tidak peduli bahkan oportunis terhadap kaum
buruh. Kaum kapitalis bergerak dengan
paham kapitalismenya dan kaum buruh bergerak dengan paham sosialismenya. Dari kekuatan kapitalis inilah, Inggris
berkembang dan menjadi negara dengan industri yang kuat. Seiring dengan berkembangnya kekuatan
industri, Inggris juga menjadi negara imperialis yang menjajah negeri-negeri
kaum muslim dengan paham ekonomi kapitalisnya.
Revolusi Islam, Revolusi
Bersejarah yang Mengagumkan
Sudah
diketahui bersama dari paparan sejarah di atas bahwa kebangkitan dari berbagai
negara dunia diakibatkan adanya perubahan mendasar dan menyeluruh, atau disebut
juga revolusi. Kekuatan ideologilah yang
senantiasa menjadikan negara-negara tersebut kuat dan menjadi negara yang
berkuasa saat ini. Meskipun pada
akhirnya, negara beserta ideologinya tersebut sudah mengalami tanda-tanda
kehancuran. Melihat perubahan bersejarah
di atas, Islam pun hadir di dunia dengan merubah kegelapan menjadi cahaya
terang benderang. Bahkan, revolusi yang
diusung oleh ideologi Islam ini mampu menggetarkan para sejarawan untuk
meneliti dampak dari revolusi Islam ini.
Dimulai dari lahirnya seorang Rasul yang senantiasa menyebarkan Islam di
tengah-tengah kegelapan jahiliyah. Ialah
Rasulullah SAW, tokoh Revolusi Islam.
Revolusi Islam
telah terjadi jauh dari tragedi revolusi-revolusi yang diketahui mayoritas
manusia di dunia. Justru, revolusi
inilah yang saat ini sudah hilang dari permukaan dan tidak dijadikan sebagai
pelajaran bahkan gambaran betapa Islam mampu menyejahterakan masyarakat. Sejak dakwah Rasulullah SAW pertama di rumah
Arqam bin Abi Al-Arqam. Beliau membina
sahabat-sahabatnya di sana. Mengajarkan
ajaran Islam, ajaran Aqidah Islam.
Setelah dakwah beliau yang dilakukan secara diam-diam, beliau pun
diperintahkan oleh Allah SWT untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan. Mendakwahkan Islam di
depan kaum quraisy yang saat itu berada pada masa kebodohan.
Dakwah
Rasulullah SAW juga terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode Makkah dan
Madinah. Di periode Makkah, Beliau
mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan. Membentuk kelompok dakwah untuk mendakwahkan
Islam. Hingga beliau diperintahkan untuk
berhijrah ke Madinah. Di periode
Madinah, Beliau membangun sebuah masyarakat dan institusi negara Islam. Dan Rasulullah SAW sebagai kepada
negara. Dari sinilah, kekuatan Islam
lahir dan menebarkan risalahnya di muka bumi.
Setelah periode Madinah dan lahir negara Islam, beliau dan masyarakatnya
senantiasa menebarkan Islam dengan metode dakwah dan jihad. Melakukan berbagai peperangan melawan
orang-orang kafir dan musyrik yang menolak ajakan untuk bertauhid kepada Allah
SWT. Mulai dari perang Badar, Uhud,
Mut’ah, Tabuk, Khandaq, dan peperangan lainnya.
Hingga pada waktunya, beliau pun wafat.
Dan kekuasaan Islam tetap berlangsung dengan pergantian seorang pemimpin
yang lebih dikenal dengan nama khalifah.
Selama 13 abad
bergilir kekuasaan Islam di bawah khalifah.
Terdapat 4 masa kekuasaan Islam, yaitu Khulafa’ Rasyidin, Kekhilafahan
Umayyah, Kekhilafahan Abbasiyah, dan Kekhilafahan Utsmaniyah. Dan di akhir kekuasaan Islam, tepatnya di
masa utsmaniyyah, terjadi berbagai revolusi di negara-negara eropa. Dan di akhir kekuasaan Abdul Majid, Mustafa
Kemal La’natullah ‘alaih (semoga Allah SWT melaknatnya) berhasil menjadi
pengkhianat kekhilafahan dan meruntuhkan kekutan internal Khilafah. Hingga tidak ada lagi bekas ruh
perjuangan Islam di tanah Turki. Islambul
yang dulu menjadi pusat ibu kota Kekhilafahan Utsmani saat ini hanyalah tinggal
nama. Namanya menjadi Istanbul. Dan hanya sisa puing-puing kemegahan benteng
dan bangunan di masa Kekhilafahan Utsmani di Turki. Akan tetapi, masyarakat dan pemerintahannya
tidak lagi melihat sejarah, sekularisme berkembang, dan ummat Islam Turki
bahkan dunia saat ini telah mengalami kehancuran yang luar biasa, termasuk
Indonesia.
Inilah betapa
luar biasanya kekuatan Islam ketika itu, hingga mampu menjadi negara besar yang
dapat menyejahterakan masyarakat dunia.
Banyak sejarawan yang mencatat dalam penelitian dan literatur mengenai
kebijakan khalifah terhadap rakyatnya.
Seperti sejarah Umar Bin Abdul Aziz sebagai khalifah di zaman
kekhilafahan Umayyah. Telah tercatat
dalam literatur para sejarawan mengenai kisah kesejahteraan masyarakat di masa
Khalifah Umar. Ketika itu, tidak ada
satupun masyarakat dalam daulah yang membutuhkan zakat. Mengapa demikian ? Karena Khalifah Umar telah
membuat tatanan ekonomi daulah menggunakan landasan sistem ekonomi Islam. Sehingga, tolak ukur kesejahteraan bukanlah
lagi atas perhitungan rata-rata prosentase masyarakat, akan tetapi tolak ukur
kesejahteraan adalah ketika seluruh masyarakat daulah mendapatkan
kebutuhannya. Inilah gambaran singkat
mengenai kegemilangan Islam dalam melahirkan kesejahteraan dalam hidup
manusia. Belum lagi permasalahan
pendidikan, sosial-budaya, keamanan masyarakat, dan sebagainya yang secara
keseluruhan dijamin oleh daulah terhadap seluruh masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran khilafah selama
13 abad menjadi negara super power yang menaungi dunia.
Sadarlah ! Indonesia Butuh
Revolusi
Sudah
dijelaskan di atas bagaimana perubahan besar terjadi karena faktor mendasar
dalam proses perubahannya, yaitu revolusi.
Berbagai negara imperialis yang menguasai negeri-negeri muslim bangkit
dari keterpurukannya di zaman kegelapan (dark age) akibat adanya
revolusi yang berdampak lahirnya ideologi pembangkit. Seperti ideologi kapitalisme yang mendorong
lahirnya masa pencerahan (renaissance) di Inggris. Begitu pula yang terjadi di Prancis. Sedangkan ideologi sosialisme-komunis yang
mampu mendorong lahirnya revolusi Bolsheviks yang dilakukan Lenin di
Rusia. Dominasi komunis menginginkan
adanya keadilan di negerinya. Akhirnya,
kediktatoran Tsar Nicholas II berhasil dijatuhkan di tangan komunis.
Begitu pula
dengan Revolusi Islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Ideologi Islam mampu melahirkan revolusi di
wilayah Mekkah, Madinah, Jazirah Arab, bahkan negeri-negeri dunia yang pada
saat itu dalam masa kebodohan (jahiliyyah). Rasulullah bersama para sahabat melakukan
aktifitas dakwah menyebarkan Islam, ekspansi militer, bahkan penaklukkan. Kota besar Persia dan Romawi takluk dihadapan
negara Islam. Singkat cerita, Islam
terus menyebar hingga pelosok dunia, terutama nusantara. Dan saat ini, kita bisa merasakan bagaimana
indahnya Islam karena jasa Rasulullah SAW, para sahabat, juga peran Daulah
Khilafah Rasyidah.
Oleh karena
itu, Indonesia sebagai negara yang berada di bumi milik Allah SWT harus
melakukan sebuah revolusi berupa penerapan hukum Allah SWT. Dengan penerapan ideologi pembangkit yaitu Islam
yang secara gamblang telah terbukti bertahan hingga 13 abad. Bukan dengan penerapan ideologi
sosialisme-komunis yang kini sudah hancur dengan sendirinya. Dan juga bukan dengan ideologi
kapitalisme-sekuler yang saat ini menjadi landasan hukum Indonesia yang justru
merusak dan menghancurkan. Bila revolusi
dengan penerapan ideologi Islam itu dilakukan, Insya Allah Indonesia akan
mengalami kebangkitan hakiki. Bangkit
dari keterpurukan seperti bangkitnya Inggris, Perancis, dan Rusia dari masa
kegelapannya. Namun, kebangkitan itu
tidaklah seperti kebangkitan mereka, akan tetapi kebangkitannya akan mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat dan Allah SWT akan senantiasa memberikan keberkahannya
terhadap negeri ini. Wallahu a’alam
bi ash-shawaab. []
3 comment:
Posting Komentar