Serba – Serbi Kuliah Di Universitas Al Azhar
Al-Azhar
pada khususnya, dan Mesir pada umumnya, tidak seindah yang kita
bayangkan. begitu juga sebaliknya, tidak seseram yang kita bayangkan.
Manis pahit kehidupan pasti akan dirasakan oleh setiap mahasiswa yang
kuliah di sini. Baik dari segi akademis maupun dari segi kehidupan
sehari-hari.
Mesir,
khususnya Al-Azhar menyimpan khazanah keilmuan yang sangat melimpah.
Maka sangat wajar jika Al-Azhar selalu diminati oleh setiap orang dari
berbagai negara. Menurut data statistik yang ada, mahasiswa Indonesia
saja yang kuliah di Mesir mencapai angka 5000 orang, dengan prosentase
sekitar 90% kuliah di Al-Azhar, sedangkan sisasanya kuliah di
universitas lainnya, seperti Universitas Kairo (Cairo University),
Universitas Ainun Syams (Ainun Syams University), Universitas Zamalek,
dan universitas lainnya.
Selain
itu juga, negara Mesir sering disebut sebagai gudangnya ilmu, karena
memang di Mesir berbagai cabang ilmu ada, bahkan referensi berbentuk
literature sangat banyak. Dari mulai aliran kanan sampai aliran kiri,
berkembang disini. Bahkan pergerakanpun sangat beragam. Dari mulai
gerakan Ikhwanul Muslimin, Anshor Sunnah, JT, HT, salafi, sampai orang
liberalpun banyak. Dan tokoh-tokohnyapun selalu giat menyebarkan
pemahamannya. Seperti Ust. Muhammad mahdi Akif (dari IM), DR. Hasan
Hanafi (tokoh yang pemikirannya liberal), Syekh Hassan Ayuub, dll.
Okey, biar tulisan ini mengarah, saya akan mencoba menguraikan sedikit kondisi Mesir, kemudian realitas universitas al-azhar . Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan gambaran singkat kepada teman-teman semuanya mengenai kondisi disini. Terutama bagi teman-teman yang berminat untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Al-Azhar. Setelah membaca informasi ini, setidaknya teman-teman tidak terlalu kaget dan tidak terlalu membayangkan yang bukan-bukan mengenai kondisi disini. Karena terkadang camaba (calon mahasiswa baru), selalu membayangkan yang enak-enaknya saja. Padahal dimanapun kita berada, kita pasti akan menemui kesenangan dan kesusahan. Hal ini sudah menjadi fitrah manusia, yang akan selalu Allah uji dengan kesenangan, kelaparan, kurangnya harta, dll (QS. Al-Baqarah: 155).
Kondisi Sosisal Dan Fisik Negara Mesir
Mesir
adalah kota kuno yang menyimpan sejarah kebudayaan yang unik. Sejak
zaman Firaun, penjajahan Romawi, Yunani, Inggris, sampai sekarang.
Bahkan sebagai saksi bisu kebudayaan dulu, masih hidup sampai sekarang,
terbukti dengan masih kokohnya bangunan pyramid, bersihnya sungai nil,
kuil-kuil para raja firaun di Luxor, dan lain-lain.
Sekarang
ini dari segi militer, Mesir tercatat sebagai negara yang paling kuat
ketiga di timur tengah setelah Israel, dan Syiria. Bahkan menjadi negara
terkuat dari segi militer di kawasan benua Afrika.
Dari
segi sosial kebudayaan, Mesir mempunyai peran sosial yang unik sekali.
Pada umumnya Mesir memiliki watak arab yang kuat, yaitu keras dan tegas,
yang berbeda 180 derajat dengan Indonesia. Sebagai contoh, para
Masyayikh (jamak dari kata syaikh) ketika ceramah, sangat jarang
menggunakan gaya humor. Dalam penyampainnya keras dan tegas. Berbeda
dengan di Indonesia, kalau ceramah tanpa ada humor-humor ringan, terasa
sangat kaku sekali.
Selain
itu juga, dari sosialnya yang unik, banyak hal yang mesti kita tiru.
Diantaranya, orang Mesir memiliki sifat pemaaf dan bukan pendendam.
Ketika ada masalah hari itu, biasanya si Mesir langsung menyelesaikan
masalah hari itu juga. Dan dalam bertengkar pun, hanya dimulut saja, dan
tidak berani sampai adu jotos. Setelah selesai masalah, besoknya ketika
bertemu, biasa-biasa saja kayak orang yang tidak pernah
terjadi masalah apa-apa. Sebagai contoh ketika naik bis. Ketika mobilnya
tersenggol oleh mobil lain, si sopir biasanya langsung berhenti
kemudian bertengkar habis-habisan. Tapi uniknya bertengkar hanya sebatas
mulut saja, tidak sampai menggunakan fisik. setelah capek ngomong, baru
mereka saling maaf memaafkan. Bahkan yang paling parah, adalah ketika
ada yang tertabrak, jurus ampuh si Mesir yang selalu keluar yaitu hanya
dengan menggunakan kata Ma’alaisy (artinya maaf!), setelah itu pergi, kayak orang tanpa dosa. Dan urusanpun selesai.
Sifat
lain yang harus diambil pelajaran adalah sifat tawadhu. Banyak si mesir
yang kaya raya, tetapi ketika keluar rumah tidak menampakkan
kekayaannnya secara berlebihan. Bahkan di kampus, banyak dosen-dosen
yang kaya raya, tetapi mereka kelihatan asyik-asyik aja ketika
bergelantungan, berdesak-desakan dengan mahasiswa naik bis setingkat bis
Damri di Indoensia. Atau hanya naik taksi butut. Bahkan kalau
bawa mobilpun, tidak sekeren BMW, atau mobil mewah lainnya. Jadi kesan
yang ditangkap adalah subtansi dari sesuatu, misalkan naik mobil, yang
penting sampai tujuan dengan selamat. Tidak masalah naik mobil butut,
atau yang bagus. Bahkan setelah diperhatikan sebagus mobil si Mesir,
pasti ada satu atau dua goresan-goresan kawat atau lainnya diluar.
Sifat lainnya adalah sifat kasih sayang terhadap sesama. Banyak orang kaya yang ngerti agama (muhsinîn).
Mereka selalu menaruh perhatian terhadap warga asing yang sedang
belajar ilmu agama. Banyak orang-orang mesir yang tidak
tanggung-tanggung membantu kesulitan para mahasiswa dari berbagai
negara, terutama membantu masalah finansialnya. Apalagi ketika bulan
ramadhan, hal biasa yang mereka lakukan adalah memberikan bantuan kepada
para mahasiswa. Baik berupa uang ataupun makanan pokok. Bahkan Saking
hormatnya kepada para pencari ilmu (thullab), dalam memberikan bantuan
pun, mereka selalu mendahulukan para mahasiswa daripada para masakin dan
fuqara Mesir. Hal itu menunjukan bahwa mereka sangat mementingkan
masalah pendidikan, apalagi yang belajar permasalahan agama.
Sebagai
manusia, selain ada kelebihan orang Mesir pun memiliki kekurangan.
Diantaranya, dari segi kekerabatan. kalau di kota setingkat kairo, yang
sudah menjadi kota metropolitan, orang mesir sudah “terjangkit penyakit”
individualisme. Meskipun satu apartemen, tetapi dengan tetangganya
sangat jauh alias tidak akrab. Berbeda di provinsi-provinsi lain,
seperti di tafahan, zaqaziq, dan thanta, kekerabatan mereka lumayan
kental.
Selain
itu juga, orang mesir ingin menang sendiri (egois). Terutama terhadap
orang asing. Akibat dari sifat ini adalah orang mesir tidak segan-segan
untuk menipu, atau ingkar janji terhadap orang asing. Contohnya, ketika
hendak nyewa rumah. Si penyewa rumah untuk bulan pertama harus
membayar sewa rumah, juga ta’min (asuransi) yang harganya sebanding
dengan harga rumah. Dan biasanya uang ta’min ini akan kembali ketika
kita mau pindah rumah. Dan itu pun kalau di rumah sewaannya tidak
terdapat kerusakan apapun. Kalau terdapat kerusakan maka uang ta’min
tidak akan kembali, karena uangnya habis untuk membayar perbaikan rumah.
Tetapi pada kenyataannya terkadang ‘si Mesir’ ingkar janji. Uang ta’min
tidak dikembalikan, walaupun dirumah tidak ada kerusakan apapun. Dalam
kondisi seperti ini, ‘si mesir’ selalu mengada-ngada menginventarisir barang-barang yang rusak, padahal pada kenyataanya tidak ada kerusakan apapun.
Jadi kehidupan di mesir itu, selalu mendapatkan kehidupan yang terbalik. ketika bertemu dengan orang yang baik, maka apapun urusannya selama dia mampu, akan dibantu (bageur pisan). Tetapi ketika bertemu dengan orang yang jahat, kikir, mental maling, maka kita akan menjadi calon korban kejahatannya (jahat pisan).
Maka dalam setiap bergaul dengan orang mesir, harus benar-benar
selektif. Sangat beruntung punya teman orang mesir yang baik hati.
Begitulah
sifat orang mesir. Watak-watak fir’aun dan watak Nabi Musa selalu
menghiasi lingkungan mesir. Oleh karena itu waspadalah!! (kayak bang napi aja…)
Dari
segi bangunan fisik, Mesir adalah negara kotor, semrawut, dan jorok.
Bangunan-bangungan rumah orang-orang mesir, termasuk yang kita tinggali,
diluar keliatan kotor, karena warna bangunan kebanyakan warna debu,
meskipun ada bangunan yang berwarna bagus, harus dicat tiap tahun. Tapi
itu luarnya saja, karena didalam rumahnya lumayan bagus.
Maka untuk membedakan orang kaya dengan yang lainnya terlihat ketika
kita masuk kedalam rumahnya. Kalau dilihat dari luar, tampak sama.
Sekelas
universitas al-azhar saja, kotornya bukan main. Dan itu hampir merata
diseluruh mesir, apalagi kalau berkunjung ke provinsi lain diluar kairo,
semisal tafahna al-asyraaf, zaqaziq, mansurah, dimyath, dan
lain-lainnya. Yang jelas kalau kita hidup mengandalkan fisiknya saja,
maka mesir adalah tempat yang sangat menjemukan. Afwan, saya
bukan bermaksud untuk menjelek-jelekan Mesir, tetapi apa yang saya
sebutkan diatas adalah realitas yang harus dihadapi, terutama bagi
teman-teman yang ingin melanjutkan kuliahnya di Universitas Al-Azhar.
Karena banyak juga mahasiswa baru disini, ketika datang ke mesir,
langsung down, semangatnya menurun, karena melihat banguna
fisik yang tidak teratur. Karena mungkin ketika di Indonesia
membayangkan mesir, seperti surga. Hal itu sangat wajar sekali dan pasti
di alami oleh setiap mahasiswa baru yang datang ke mesir, termasuk saya
pribadi. Tetapi sebagai mahasiswa harus berfikir juga, apakah
keberhasilan seseorang selalu ditunjang oleh bangunan fisik?? Ternyata
tidak! buktinya Universitas Al-Azhar yang kotor dan jorok secara fisik,
tetapi telah melahirkan para ulama yang keilmuannya sangat luas sekali
dan tidak diragukan. Sebut misalnya para alumni universitas Al-Azhar,
DR. Yusuf Qaradawi, Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rasyid Ridho, Prof. DR.
Ali Jum’ah, Prof. DR. Ali Sayyid Tanthowi, Prof. DR. Umar Hasyim, Prof.
DR. Quraisy Shihab, DR. Surahman Hidayat, dll.
Dengan melihat kondisi tersebut, bagi yang ingin kuliah disini, harus menyiapkan mental yang kuat. Karena
pepatah arab yang sangat terkenal yang berbunyi “Apabila kita tidak
mampu menaklukan Kairo, maka kita yang akan ditaklukan oleh kairo”, itu
sangat terbukti sekali. Kalau anda tidak percaya, silahkan datang ke
mesir untuk mencicipi kondisi objektif Mesir!
Kondisi Objektif Kampus ‘Berdebu’ Universitas Al-Azhar
Banyak
hal yang sering dirasakan oleh mahasiswa disini. misalnya dalam hal
akademis. bagi mahasiswa yang basic bahasa arabnya lemah, pasti akan
merasakan kesulitan ketika baca diktat kuliah. apalagi ketika
mendengarkan penjelasan duktur (dosen) yang menggunakan bahasa arab ammiyah, semakin komplitlah kesulitan dalam hal akademis.
tetapi
hal itu bisa disiasati, dengan bimbel (bimbingan belajar) misalnya,
atau dengan kursus bahasa arab, baik melalaui lembaga-lembaga resmi di
mesir, atau melalui otodidak.
yang
jelas, bagi calon mahasiswa yang basic bahasa arabnya lemah, ketika
tiba di mesir, harus berazam kuat untuk menguasai bahasa arab. Sebab
ketika kita sudah mampu berbahasa arab, maka akan mudah pula untuk
menguasai berbagai ilmu yang diberikan oleh Al-Azhar.
berbeda
dengan calon mahasiswa yang basic bahasa arabnya kuat. mereka tidak
akan terlalau kesulitan dalam memahami diktat kuliah. hanya mungkin
beradaptasi dalam bahasa arab ammiyah saja. dan beradaptasi dengan
bahasa arab ammiyah pun akan terasa mudah, jika bahasa arab fushanya
lumayan bagus. karena perbedaan bahasa arab fusha dengan ammiyah banyak
pada pengucapan kalimat. meskipun ada kosakata lain berbahasa ammiyah
yang sering dipakai.
Sebagai contoh, kata masjid (مسجد ( biasanya dibaca masgid (dengan huruf ghin). Kata shôim ((صائم
dibaca shoyim (hamzah diganti dengan huruf ‘ya’). Dan banyak lagi
contoh lainnya. Yang jelas, ketika penggunaan bahasa arab ammiyah, pada
umumnya menggunakan kosa kata bahasa arab fusha, namun berbeda ketika
pengucapannya saja. Meskipun ada kosa kata tersendiri yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari hari, tapi tidak banyak. Contoh, kata
apa kabar dalam bahasa arab fusha, menggunakan kata ((كيف حالك؟, tetapi dalam bahasa arab ammiyah menggunakan kata Izayyak ((ازيك؟. Dan contoh lainnya. insya
allah kuncinya adalah ketika kita sudah memiliki basic bahasa arab yang
lumayan kuat, maka dengan sering bergaul dengan orang mesir, meskipun nggak
belajar bahasa arab ammiyah, insya allah akan mudah menguasainya. Kalau
sebaliknya, kita belajar bahasa arab, dimulai dengan mempelajarai
bahasa arab ammiyah dulu, maka akan kesulitan ketika mengguanakan bahasa
arab fusha. Karena perbedaan mendasar lain dari kedua bahasa tersebut
adalah penggunaan tata bahasa. Dalam bahasa arab ammiyah tidak mengenal
tatabahasa yang sesuai dengan nahwu sharf, sedangkan dalam bahasa arab
fusha, harus patuh pada tata bahasa arab fusha (sesuai nahwu dan
sharaf).
Selain
itu juga yang sering dirasakan oleh mahasiswa adalah masalah
komputerisasi yang mungkin sudah mulai membudaya di indonesia. Disini
pada umumnya segala administrasi tidak menggunakan komputer, tetapi
masih manual menggunakan tulisan tangan. Mungkin hanya beberapa bagian
saja dalam satu instansi menggunakan komputer. dari mulai surat
rekomendasi , kartu kuliah, urusan di kantor imigrasi, semuanya
menggunakan tulisan tangan. Mungkin bagi yang pernah kuliah di
indonesia, hal ini menjadi bahan tawa (sangat ironis). Setinggi dan
setua universitas al-azhar ternyata tidak menggunakan sistem
komputerisasi!. Tetapi uniknya meskipun manual, untuk penjagaan
arsip/dokumen, sangat rapi dan terjaga keamannnya. Bahkan
ketika mencari berkaspun sangat cepat sekali. Dan memang ketika ditanya,
mengapa tidak menggunakan komputer, jawabannya karena takut hilang.
Kemudian budaya thabur (ngantri)
adalah pemandangan biasa yang selalu dilihat di kampus. Baik itu ketika
ngurus kartu kuliah, atau urusan-urusan lainnya yang berkaitan dengan
pihak universitas. Ditambah lagi thabur tidak
hanya dengan orang indonesia saja, tetapi dengan seluruh negara lain
yang postur tubuhnya besar. Karenanya bagi orang Indoenesia yang
tubuhnya kecil, harus berjuang keras ketika berdesakkan dengan orang
lain. Berdasarkan realitas seperti itu, mahasiswa baru Indonesia yang
kuliah di al-azhar tidak perlu ada ospek buatan oleh senat mahasiswa,
karena mahasiswa Indonesia-Mesir akan selalu mengalami ospek alami yang
tidak di buat-buat. Oleh karena itu kita harus benar-benar memiliki
mental yang kuat dan tidak mudah putus asa, karena ujian akan selalu
menghampiri kita. Kesimpulannya mental kita harus siap ketika diuji
dengan kesenangan, pun harus siap ketika diuji dengan kesedihan.
Kemudian
sistem yang diberlakukan di Universitas Al-azhar tidak menggunakan
sistem absensi. Meskipun tidak hadir setiap hari ketika proses belajar
mengajar (muhadharah), insya allah bisa najah (lulus) naik
tingkat, dengan syarat bisa ngisi soal-soal ujian. Tetapi tetap ada
sebagian dosen yang mensyaratkan kehadiran 75%, kalau kurang dari itu
tidak bisa mengikuti ujian kenaikan tingkat. Oleh karena itu dengan
sistem yang ada, mahasiswa Indonesia biasanya banyak yang aktif di luar
kampus. Baik itu aktif di organisasi kajian, organisasi afiliatif,
organisasi almamater, bahkan banyak teman-teman yang lain yang aktif
talaqi, dan lain sebagainya. Maka tidak salah sebutan sebagian orang
kepada mahasiswa Al-Azhar, dengan sebutan ‘mahasiswa tanpa kampus’.
Karena memang tidak ada sistem absensi tadi.
Selain
itu juga, sistem belajar mengajar di Al-Azhar menggunakan metode
ceramah dan tidak ada metode diskusi, apalagi tugas-tugas pembuatan
makalah –kecuali sebagian kecil saja. Maka imbas dari sistem yang
diberikan Al-Azhar adalah banyak mahasiswa al-azhar yang kurang pandai
dalam menulis. Dengan melihat realitas tersebut, Pak Dien (panggilan
Prof. Dr. Dien Syamsudin, MA –ketika kunjungannya ke Mesir)
membandingkan kemampuan ilmiyah mahasiswa Timur Tengah (termasuk
Al-Azhar) dengan mahasiswa Eropa, dengan ungkapan “mahasiswa Timur
Tengah kaya akan materi, sedangkan mahasiswa Eropa kaya akan
metodologi”.
Selanjutnya
Sistem lain yang diberlakukan oleh al-azhar adalah sistem kenaikan
tingkat, bukan sistem SKS (Satuan Kredit semester). Dimana sistem ini,
ketika mahasiswa memiliki sedikitnya 3 mata kuliah (maddah) nilainya kurang (dha’if atau dhaif jiddan), maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan untuk naik ke tingkat selanjutnya (alias rasib/tidak lulus), tapi harus ngulang
ditingkat yang sama dengan memepelajari hanya mata kuliah yang nilainya
kurang. Berbeda dengan di Indonesia yang menggunakan sistem SKS, ketika
ada mata kuliah yang nilainya kurang, maka statusnya sama
dengan yang memiliki nilai yang tinggi, dengan bisa mengikuti jenjang
selanjutnya, tetapi mata kuliah yang kurang tadi, menjadi hutang dia
untuk diperbaiki.
Kefakultasan Di Universitas Al-Azhar
Adapun
fakultas dan jurusan yang ada di al-azhar sangat banyak sekali. Dari
segi kefakultasan, Al-Azhar membagi menjadi dua, yaitu ilmi dan adabi. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan zaman. Selain itu juga kefakultasan dibagi menjadi dua; putra dan putri.
Kefakultasan untuk putra dalam kategori ilmy,
termasuk didalamnya, Fakultas Kedokteran, Perniagaan, Pertanian, Bahasa
dan Terjemah, Ekonomi, Pendidikan, Teknik, Farmasi, Kedokteran gigi,
dan Fakultas Eksakta (sains).
Adapun dari segi adaby adalah pertama, Fakultas Ushuludin yang mencakup jurusan tafsir, hadis, filsafat, dan dakwah. Semuanya ditempuh dalam waktu 4 tahun. Kedua,
Fakultas Syariah wal Qanun, yang mencakup jurusan syariah islamiyah
(jenjang pendidikan 4 tahun), dan jurusan syariah wal qanun (jenjeng
pendidikan 5 tahun). Ketiga, fakultas bahasa arab, yang
mencakup jurusan umum (lughah arabiyah dan adab), jurusan sejarah dan
peradaban, jurusan jurnalistik dan publikasi. Semuanya ditempuh dalam
waktu 4 tahun. Keempat, Fakultas Studi Islam (jenjang pendidikan selama 4 tahun). Kelima, Fakultas Dakwah Islamiyah (jenjang pendidikan 4 tahun).
Kefakultasan adabi dan ilmi untuk putri tidak kalah banyaknya. Dalam kategori adaby hanya
ada satu fakultas yaitu fakultas studi islam dan bahasa arab, yang
mencakup jurusan syariah islamiyah, syariah wal qanun, ushuludin, yang
dibagi lagi menjadi tiga cabang, yaitu tafsir dan ulumul quran, hadist
dan ulumul hadis, aqidah dan filsafat, dan jurusan bahasa arab dan adab.
Untuk masa studi sama dengan putra.
Untuk kefakultasan dalam kategori ilmi
untuk putri yaitu fakultas farmasi, ekonomi, kedokteran, eksakta, dan
fakultas studi kemanusiaan, yang memiliki beberapa bidang, yaitu:
a. bidang humaniora, dibagi menjadi jurusan sosiologi, ilmu jiwa, sejarah dan geografi.
b.
bidang bahasa eropa dan terjemah langsung, yang mencakup jurusan bahasa
inggris dan terjemah, bahasa prancis dan terjemah, bidang bahasa timur
(bahasa persia dan ibrani), bidang tarbiyah, bidang manuskrip,
perpustakaan dan informasi. Adapun jenjang pendidikan ditempuh dalam 4
tahun, dengan gelar “Licence (Lc)”.
Universitas Al-Azhar tidak hanya berpusat di daerah kairo saja. Tetapi terdapat banyak cabang di luar kairo, yaitu diantaranya:
A. untuk putra
1. fakultas ushuludin dan dakwah, juga fakultas bahasa arab di zaqaziq
2. faklutas ushuludin dan dakwah, juga fakultas syariah dan qonun di tantha
3. fakultas ushuludin dan dakwah, juga fakultas bahasa arab di Manshurah
4. fakultas ushuludin dan dakwah, juga fakultas bahasa arab di syibin el-koum
5. fakultas syariah dan qanun, juga bahasa arab di damanhur
6. fakultas studi islam dan bahasa arab di dimyath
7. fakultas quranul karim dan ilmu qiroat di thanta
8. faklutas syariah dan qanun di daqahliyah
9.
fakltas ushuludin dan dakwah, fakultas syariah dan qonun, fakultas
‘ulum (sains), fakultas kedokteran, fakultas farmasi, fakultas bahasa
arab di Assyut
10. faklutas studi islam dan bahasa arab di Qena
11. fakultas bahasa arab di Garga
12. fakultas studi islam dan bahasa arab di Aswan
B. Untuk putri
1. fakultas studi islam dan bahasa arab di iskandariyah
2. fakultas studi islam dan bahasa arab di manshurah
3. fakultas ekonomi rumah tangga di thanta
4. kulliyantul banat di assyut
5. fakultas studi islam dan bahasa arab di suhag.
Aktifitas Ekstrakurikuler Mahasiswa Al-Azhar
Mahasiswa
memiliki peran yang sangat berarti dalam setiap pergerakan. Terbukti
zaman orde lama bisa tumbang karena jasa para mahasiswa, pun orde baru
tumbang atas jasa mahasiswa, serta bukti-bukti lainnya. Maka tidak heran
jika mahasiswa selalu identik dengan pergerakan. Begitu juga dengan
mahasiswa Al-Azhar, karena organisasi kemahasiswaan di kampus tidak
melibatkan mahasiswa asing, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka
mahasiswa asing memiliki kendaraan organisasi masing-masing. Dalam hal
ini mahasiswa Indonesia pun memiliki organisasi, yang terhimpun dalam
PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia), yang menjadi
organisasi induk mahasiswa. Sedangkan dibawahnya terdapat organisasi
kekeluargaan, seperti KPMJB (Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat),
KMB (Keluarga Masyarakat Banten), FOSGAMA (Forum Silaturahmi Keluarga
Maadura) HMM (Himpunan Mahasiswa Medan), dan organisasi kekeluargaan
lainnya, dimana setiap provinsi di indonesia memiliki organisasi
kekeluargaan.
Selain
itu juga ada senat mahasiswa, yang mencakup senat ushuludin, syariah,
dirasat islamiyah, dan bahasa arab. Kemudin organisasi kajian, yang
mengkaji berbagai cabang ilmu seperti ekonomi (PAKEIS), ilmu hadis,
tafsir (FORDIAN), pemikiran kontemporer (MIZAN), dakwah dan pendidikan
(IBADURRAHMAN), tulis-menulis (FLP dan Msi) dan yang lainnya.
Selain
organisasi diatas, terdapat pula organisasi afiliatif, yaitu organisasi
yang menginduk kepada organisasi masyarakat yang ada di Indonesia.
Seperti Pwk. Persis (Perwakilan persatuan islam), PCIM (Pimpinan Cabang
Istimewa Muhammadiyah), PCINU (Pimpinan Cabang Istimewa Nahdhatul
Ulama), PCI Al-Washiliyyah (Pimpinan Cabang Istimewa Al-Washiliyah),
PWI. PII (Perwakilan Wilayah Istimewa Pelajar Islam Indonesia) dan ICMI
Orsat Kairo.
Tujuan
adanya organisasi-organisasi diatas, tidak lain adalah untuk memenuhi
kebutuhan para mahasiswa dalam bidang skill dan spesisalisasi keilmuan
mereka. Di bangku kuliah tidak dibebankan membuat makalah, maka dengan
aktif di organisasi kajian akan terpacu untuk membuat makalah. Di bangku
kuliah secara organisasi tidak melibatkan mahasiswa asing, maka
dibuatlah organisasi-organisasi pergerakan, sebagai pembelajaran bagi
mereka yang suka aktif di organisasi pergerakan.
Dengan
kondisi tersebut, orang-orang menyebut Mesir adalah miniatur Indonesia.
Karena saking banyaknya organisasi yang didirikan mahasiswa, juga
kultur yang ada hampir mirip dengan kondisi indonesia secara global.
Biaya Operasional Bulanan dan Tahunan
Untuk
biaya hidup di mesir tidak memakan biaya banyak. Untuk sewa kos dan
makan perbulan bisa mencapai Le. 200 (200 Pound), ongkos kuliah
perbualan 30 pound. Jadi biaya pokok yang diperlukan perbulan sekitar
230 pound ditambah biaya tak terduga. Biaya tersebut belum termasuk
biaya beli buku (bagi yang ingin membeli buku).
Adapun
biaya tahunan yang mesti dikeluarkan untuk membayar adiministrasi di
kampus kurang lebih sebesar Le. 265 (265 pound). Dengan rincian membuat
kartu kuliah sebesar 65 tahun, membeli diktat kuliah sekitar 200 pound.
Ditambah lagi untuk perpanjangan visa di kantor Imigrasi sebesar 11
pound. Untuk mengetahui nilai uang dalam bentuk rupiah tinggal dikalikan
saja dengan angka 1700, karena selisih rupiah atas pound sebesar
Rp.1700,- . kalau kita hitung biaya bulanan sekitar 230 x 1700 = Rp.
391.000,-
Penutup
Setelah
pemaparan tadi, saya tegaskan lagi, bahwa ketika menyebutkan yang
pahitnya, saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, atau hanya sekedar
promosi dengan menyebut yang enak-enaknya saja. tetapi hanya memberikan
gambaran apa adanya. Sehingga menjadi bahan pertimbangan bagi
teman-teman sekalian yang ingin melanjutkan kuliahnya di Universitas
Al-Azhar. Sehingga setelah mengetahui kondisi objektif ini, ketika
datang ke Mesir, para mahasiswa baru (MABA) tidak terlalu kaget dengan
kondisi disini. Dan hal ini juga untuk menjaga niat mereka yang baru
datang ke Mesir. Karena banyak kasus yang terjadi, ketika mereka melihat
kondisi seperti ini, semangat mereka langsung menurun, kemudian ingin
kembali lagi ke tanah air.
Ingat!
Mesir adalah tempat belajar hidup, belajar mandiri, dan yang jelas
harus memiliki mental yang kuat ketika mendapat kesusahan, pun ketika
mendapat kesenangan.
Sekian
yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan menjadi pengetahuan awal untuk
lebih mengenal Negara Mesir, terutama Universitas Al-Azhar. Dan
terakhir saya ucapkan bagi anda yang betul-betul ingin melanjutkan
studinya di Universitas Al-Azhar, jangan takut, karena anda disini tidak
sendiri. Saya tunggu kedatangan anda di negeri para nabi ini!. Wallahu’alam bishshawab.
Feri Firmansyah
(Mahasantri Fakultas Syariah wal Qanun jurusan Syariah Islamiyah)
0 comment:
Posting Komentar