Tragedi Mesir, Pengulangan Sejarah yang Tak Berujung
Melihat peristiwa itu, ummat muslim dunia tak tinggal
diam. Mereka berbondong-bondong untuk
berpartisipasi dalam pengecaman tindak militer mesir yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Aksi damai terus
dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap persaudaraan sesama muslim. Dan mayoritas ummat islam, khususnya
Indonesia sepakat untuk mengecam tragedi ini.
Namun, sejalan dengan terjadinya tragedi berdarah ini,
muncul berbagai pertanyaan “Mengapa hal ini dapat terjadi ?”. Atau pun muncul berbagai keganjalan dan
dilema yang tak kunjung menepi. Padahal
kita tahu, ini bukanlah tragedi pertama yang terjadi di tengah-tengah ummat
dunia.
Pengulangan Sejarah
Pengulangan Sejarah
Tepat pada 24 Juni 2012, Muhammad Mursi, pemimpin partai
ikhwanul muslimin diresmikan sebagai presiden mesir setelah mengalahkan lawan
pemilunya, Ahmed Shafik. Mursi
memenangkan suara sebanyak 51,37 %.
Sedangkan Ahmed Shafik tipis dibawah suara Mursi sebanyak 48,3 %. (http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Mursi)
Setelah kemenangan telaknya ini, tidak lama Muhammad Mursipun digulingkan oleh
berbagai pihak yang “tidak senang” dengan naiknya Mursi sebagai presiden. Dan tepat pada 3 Juli 2013, Abdul Fattah
El-Sisi, pemimpin militer Mesir mengatakan bahwa Muhammad Mursi telah
dilengserkan dan mengangkat kepala Mahkamah Konstitusi sebagai pemegang jabatan
sementara Presiden Mesir.
Hal serupa juga pernah terjadi di pada negara tetangga
Mesir, Aljazair. Pada pemilu 1991, Front
Islamic du Salut atau yang sering disebut FIS ini meraih kemenangan mutlak
sebesar 54 % suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81 %. Dan partai yang mempunyai misi menerapkan
asas islam sebagai asas negara ini akhirnya menang telak pada putaran kedua
pemilu. (eramuslim.com)
Namun, kemenangan FIS ini tidak bertahan lama dan akhirnya
mengalami kudeta oleh militer di Aljazair.
Benjadid yang berhasil dikalahkan oleh FIS dalam pemilu berusaha
berkonsolidasi dan menggalang kekuatan untuk menghancurkan FIS dan membatalkan
hasil pemilu. Muhammad Boudiaf, mewakili
militer pun andil dalam usaha ini.
Militer Aljazair yang dipimpin Muhammad Boudiaf berhasil
menstigmatisasi FIS. Mereka mencao FIS
sebagai partai politik terlarang.
Pemimpin FIS, Abbasi Madani dan Ali Benhaj pun dipenjarakan. Para pendukung FIS banyak yang ditangkap dan
tidak jarang ada yang dibunuh. Hingga
akhirnya pemimpin militer Aljazair, Muhammad Boudiaf tewas di tangan Mohammad
Bumaaraf yang berusia 26 tahun.
Dan kini, Aljazair dipimpin oleh Abdul Aziz Boetuflika yang
sekuler. Keadaan Aljazair tunggang
langgang dan tidak tahu kemana lagi perjalanan negara ini selanjutnya. (eramuslim.com)
Takut diterapkan
Syari’at Islam
Melihat tragedi di Aljazair, Mesir, dan negara arab lainnya,
bisa diambil kesimpulan bahwa Israil dan Amerika Serikat beserta antek-anteknya
takut akan diterapkannya kembali syari’at islam di tengah ummat ini. Hal ini sangat terlihat dengan peristiwa
kudeta pemimpin-pemimpin arab yang sah secara demokratis menang dalam
pemilu. Seperti FIS yang sejak dari awal
konsisten dengan visi dan misi ingin menerapkan syari’at islam sebagai asas
negara akhirnya dihancurkan dan dibubarkan.
Dan sekarang, partai islam Ikhwanul Muslimin berhasil juga menang secara
demokratis dalam pemilu. Bahkan
mayoritas mesir mendukung Mohammad Mursi.
Namun, lagi-lagi tragedi Aljazair terulang kembali.
Mohammad Mursi berhasil dikudeta dan Mesir tidak tahu lagi
mau kemana selanjutnya. Dan ternyata,
apa sesungguhnya alasan Militer Mesir yang dibantu oleh Israel dan Amerika
Serikat ini begitu tidak ingin Mohammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin berkuasa ?
Tentu karena IM dan Mohammad Mursi tidak mendukung kepentingan mereka.
Ini terbukti dari perkataan para analis politik Israel yang
sangat mengkhawatirkan naiknya kandidat presiden dari kubu islam, khususnya
dari partai Ikhwanul Muslimin. Shaul
Monash, seorang analis Israel mengatakan, “Muhammad Mursi menyatakan akan menerapkan
syariat Islam di Mesir, dan menganggap Israel sebagai musuh menuntut kembalinya
Al-Quds.” Ditambahkannya, Mursi juga
menginginkan terbentuknya pemerintahan Palestina.
Dari salah satu pernyataan inilah, Israel dan Amerika
Serikat membentuk sebuah kekuatan untuk “memusnahkan” partai IM dan Muhammad
Mursi dari tonggak kekuasaan. Mereka
begitu “phobia” terhadap kekuasaan Islam.
Mereka takut hukum Islam ini diterapkan.
Dan sekali lagi, peristiwa Mesir ini bukanlah yang pertama. Namun, sudah berkali-kali AS beserta anteknya
menggulingkan pemimpin yang berusaha menghalangi kepentingannya.
Konsekuensi dibawah
Sistem Demokrasi
Inilah fakta, inilah realita. Terjadinya Arab Spring yang silih berganti dan tidak kunjung menepi
adalah sebagai bukti nyata bahwa Ummat Islam tidak boleh tunduk terhadap
demokrasi. Sekali lagi fakta
membuktikan, Presiden yang sah diangkat menjadi pemimpin Mesir dalam proses
pemilu yang sah dan mendapatkan dukungan suara terbanyak mengakhiri jabatannya
dengan cara tidak adil. Bahkan, sadis !
Mengapa sadis ? Karena pemimpin yang secara resmi itu
digulingkan secara paksa oleh militer negara Mesir sendiri. Bahkan menghabisi satu persatu nyawa kaum
muslim yang menuntut keadilan.
Pertanyaannya sekarang, apakah masih ada kepercayaan terhadap Amerika
Serikat dan antek2nya ? tentu tidak.
Dalam suatu ayat, Allah SWT berfirman :
"Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani
sebagai teman setiamu, mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa diantara
kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk
golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim". (QS :
al-Maidah : 51)
Maka, inilah bukti bagaimana Allah SWT melarang ummat islam
masuk dalam jurang “perlindungan” Amerika Serikat dan sekutu2nya.
Solusi, Persatuan Ummat Islam
Sudah seyogyanya ummat islam Indonesia bahkan dunia bersatu
dalam ikatan aqidah islam untuk menyelesaikan segala problem perpecahan saat
ini. Lihatlah ummat islam yang dulu
bersatu dalam bingkai kekhilafahan.
Sejak dari zaman kekhilafahan khulafa urrasyidin, umayyah, abbasiyah,
hingga utsmaniyyah. Namun, fakta yang
terjadi sekarang, ummat terpecah belah seperti potongan kue yang dijatah satu
per satu kepada negara imperialis barat.
Persatuan Islam ini dikuatkan dengan dalil firman Allah SWT.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا
وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا
حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali 'Imran [3]: 103)
Maka, marilah saudara-saudaraku.. kini saatnya kita berjuang
untuk mempersatukan ummat islam. Bukan
hanya seluruh rakyat Indonesia saja.
Namun, seluruh negara-negara islam dunia lainnya dalam satu
kepemimpinan, satu aqidah, dan satu aturan dan hukum yang diterapkan. Yaitu, Hukum Allah SWT. Tentunya dalam bingkai sebuah negara besar
yang mampu mengalahkan imperium barat, musuh-musuh Allah SWT. Wallahu ‘alam. []
0 comment:
Posting Komentar