Menjadi Pengusaha ala Rasulullah SAW
Pengusaha, sebuah pekerjaan yang pasti
tidak asing lagi di telinga kita.
Pekerjaan yang unik dan menghasilkan keuntungan yang tidak bisa
diremehkan. Berbagai macam bentuk
usahanya pun beragam. Ada yang menjadi
pengusaha makanan, fashion, rumah, bahkan pengusaha barang daur ulang. Kalau dilihat dari omsetnya, rata-rata 10
juta sampai mencapai 5 milyar per bulan.
Luar biasa.
Tidak heran banyak
masyarakat sekarang yang berbondong-bondong merubah karirnya menjadi pengusaha.
Namun, ditengah profesi yang mempunyai
keuntungan “menggiurkan” ini, banyak juga permasalahan kompleks yang terus
mengotori dunia pengusaha. Mulai dari
ketidakjujuran dalam berdagang, penipuan, money game, dan berbagai sikap
buruk lainnya. Tidak heran, banyak
pengusaha yang secara “kasat mata” untung, punya harta banyak, namun merugikan
banyak orang.
Seperti kasus money game
misalnya. Ini merupakan salah satu problem
besar yang dapat merugikan banyak orang.
Ini dimulai dari seorang pengusaha yang mencari banyak investor dan
menawarkan untuk berinvestasi di usahanya.
Kemudian, pengusaha ini akan menjanjikan keuntungan besar dalam waktu
singkat dengan usaha yang amat minimal kepada para investornya. Namun kenyataannya dalam kasus ini, investor
tidak sama sekali mendapatkan keuntungan dari apa yang diinvestasikannya. Malah, mereka hanya “gigit jari” akibat
iming-imingan keuntungan besar yang diinginkan hilang seketika.
Ini hanyalah sedikit kasus dari berbagai
potret buram dunia pengusaha. Belum lagi
kasus penipuan hadiah melalui polling sms, undian, dan lain-lain. Dan hingga saat ini, kasus-kasus ini terus
menjamur dan belum hilang dari dunia pengusaha.
Padahal Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang seharusnya
mengikuti teladan nabinya dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya bidang perdagangan dan usaha.
Sebuah teladan dalam berdagang dan usaha
telah dicontohkan oleh suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW. Beliau mencontohkan bagaimana kita harus
berdagang dengan jujur. Sejak 12 tahun,
beliau sudah diajak pamannya untuk menggembalakan kambing ke Syam. Inilah awal mula Rasulullah SAW berkiprah
dalam dunia bisnis. Setelah menikah, Rasul
pun mengamalkan kejujuran dalam berdagang kepada istrinya, Khadijah. Sehingga beliau disebut juga Al-Amin (yang
terpercaya). Sebutan ini tercermin dari
sikap beliau yang jujur dengan customer maupun pemasoknya. Ketika berdagang beliau menjelaskan semua
keunggulan dan kelemahan dari barang yang dijualkan.
Selain itu, beliau juga melayani pelanggan
dengan sepenuh hati, sehingga beliau tidak rela apabila ada pelanggan yang
tertipu saat membeli. Seperti apa yang
disampaikan beliau dalam haditsnya, “Belum beriman seseorang sehingga dia
mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri.” Kemudian, Rasulullah
SAW juga mencerminkap sikap amanah dan menepati janji-janjinya kepada
pelanggan. Beliau menawarkan barang
sesuai dengan apa yang diiklankan dan dijanjikan. Sempat suatu ketika beliau pernah marah
terhadap pelanggan yang mengurangi timbangannya ketika menjual. Inilah kiat Nabi dalam menjamin customer
satisfaction (kepuasan pelanggan).
Dan beliau pun pernah bersegmentasi bahwa
barang bagus dijual dengan harga bagus dan barang dengan kualitas lebih rendah
dijual dengan harga yang lebih rendah.
Segmentasi ini tercermin ketika Rasulullah SAW sedang melewati seorang
penjual dan beliau tertarik untuk membeli.
Sampai di tempat penjual, beliau memasukkan tangannya ke tumpukan barang
yang dijualkan dan merasakan di bagian bawahnya basah. Beliau bertanya mengapa demikian. Penjual itu menjawab bahwa dagangannya
tertimpa air hujan. Kemudian beliau
berkata sambil menunjukkan ketidaksukaannya, “Mengapa engkau tidak
meletakkan makanan yang basah itu diatas agar pembeli bisa melihatnya.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mencurangi kami, bukan
dari pengikut kami” (HR. Muslim)
Inilah sikap-sikap Nabi kita yang sangat
memperdulikan customer/pelanggan.
Beliau tidak mengharapkan keuntungan/materi yang besar dengan cara yang
haram. Akan tetapi, beliau mengharapkan
keberkahan dari Allah SWT dalam memperjualkan barangnya kepada customer. Seperti inilah asa, seperti inilah
pengusaha. Sekali lagi, bukan materi
yang dicari, akan tetapi keridhoan Allah yang ingin diraih.
Banyak para pengusaha yang mengalami
kerugian disekitar kita. Bukan karena
dia tidak punya uang, akan tetapi ia telah menjual kepercayaannya kepada orang
lain demi selembar uang. Apabila kita
hanya memandang manfaat bagi diri sendiri, maka bisa dipastikan ia akan
melakukan berbagai usaha yang dapat merugikan orang lain. Namun, dengan kunci kepercayaan dan
perjuangan besar untuk orang lain, banyak pengusaha yang hanya memulai usaha
dengan modal sedikit namun mendapatkan keuntungan yang luar biasa.
Seperti pengusaha sukses PT. Kebab Baba
Rafi, Hendy Setiono. Perjuangan,
pengorbanan, keyakinan, dan mental kuat menjadi modal utama bagi Hendy. Pemuda asal Surabaya ini mengorbankan
kuliahnya di Fakultas Teknik di Institut Teknologi Surabaya (ITS). Hanya dengan bermodal 4 juta, Hendy mampu
mengembangkan sayap usahanya dan sekarang sudah 1.000 gerai yang tersebar di
seluruh Indonesia. (http://peluangusaha.kontan.co.id)
So, kini ini waktunya kita menentukan. Apakah kita mau sukses dengan jalan halal
atau haram ? Ataukah kita hanya menjadikan profesi entrepreneur sebagai
manfaat pribadi semata ? Namun, ingatlah bahwa Nabi kita pernah bersabda :
خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR. Ahmad, Thabrani,
Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Semoga kita menjadi
pengusaha sukses yang bermanfaat bukan hanya bagi diri sendiri, namun
bermanfaat juga bagi masyarakat. Dan
tentunya hanya dengan menjadi pengusaha ala Rasulullah SAW kita dapat
meraihnya. Wallahu ‘alam.
0 comment:
Posting Komentar