Bagaimana Negara Khilafah Mengatasi Arus Mudik?

Oleh: Roni Ruslan

 Tradisi Mudik
Konon mudik berasal dari kata udik, istilah orang Betawi yang berarti pulang ke udik atau pulang ke kampung. Istilah ini pada awalnya diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari luar pulau Jawa yang bekerja dan menetap di kota lalu mereka kembali ke kampung mereka pada saat menjelang lebaran Idul Fitri.
Bagi Muslim tradisi mudik tahunan yang diisi dengan kunjung mengunjungi, silaturahmi dan saling bermaaf-maafan merupakan tradisi yang lahir dari pemahaman Islam. Rasulullah SAW bersabda; ‘zur ghibban tazdad hubbab’ – Berkunjunglah tidak terlalu sering, maka akan bertambah kecintaan- (Syu`bul Iman lil-Baihaqi). Demikian pula dengan hadits Nabi SAW “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal shalih yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (HR Bukhari-Muslim).

0 comment:

Posting Komentar